[ tidak mengandung unsur ilmu pengetahuan, hanya transformasi rasa menjadi kata alias bacotan ]
Go on clicking the address above and let me take you diving into my imagination while writing this entry.
Sebenarnya, ini lagu sudah cukup lama.
Kalau tidak salah, tahun 2017.
Aku baru pertama mendengarnya beberapa hari yang lalu ketika asyik berselancar di laman youtubeku sembari mendengarkan lagu The Luckiest yang dinyanyikan oleh Ben Folds, salah satu theme song dari film About Time. That's really a pretty good film. You really need to watch it if you have enough time. But of course, you need to be a human with a whole heart inside first, because it's a type of romance film (but surely you will be amazed by how the director can make us feel blessed to have our time) dan mengajak kita untuk berpikir, bagaimana jika dalam setiap perjalanan hidup, kita diberi kesempatan dua kali.
Ok, let's go back to our track.
Sebenarnya, setiap lagu akan bermakna dan terasa sungguh penuh arti ketika kita, sebagai pendengar hampir memiliki rasa dan seakan dapat serasa dengan rangkaian lirik lagu yang dilantunkan penyanyi. Terlebih jika ia dapat mentransformasikan rangkaian kata tersebut menjadi alunan kata bernada sehingga emosi yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada para pendengar.
Begitupun aku, yang mendengar lagu ini disaat yang tepat.
Saat ini, aku berada disebuah ruang rasa yang tidak dapat dijelaskan secara utuh sebagai sebuah penjelasan.
Ada banyak ketidakpastian yang selalu menjadi alasan keraguanku untuk memutuskan sesuatu. Dan terkadang sesuatu tidak diputuskan secepat yang aku lakukan saat itu. Diantara beribu probabilitas yang dapat terjadi, akan ada satu kejadian yang akan terjadi dan itu merupakan akumulasi pemikiran serta pertimbangan yang setiap orang akan lakukan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
Salahkah kita mempertanyakan suatu ketidakpastian yang memang tidak pasti?
Jadi manusia itu, bermacam.
Kamu tidak bisa menyalahkan seni masing-masing orang dalam menjalankan hidupnya.
Begitupun dalam mengolah rasa, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengaturnya.
Aku pikir, memiliki perasaan adalah sebuah cara Tuhan yang sangat indah dalam memanusiakan manusia.
Dan menuangkannya dalam kata, ialah pilihanku agar pembaca dapat ikut merasakan sebuah manifestasi kreatifitas dari seseorang yang cukup bodoh (-katanya) saat menyikapi apa yang disebut... you know what I mean.
Jadi, jika kamu masih bertahan untuk membaca, maka ikutilah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
You were alone left out in the cold
Clinging to the ruin of your broken home
Too lost and hurting to carry your load
We all need someone to hold
Di awal lagu dimainkan,
Cukup membuatku terdiam mendengar bait pertama
Ada rasa sedih dan keputusasaan yang tersirat
Bagaimana rasanya berada dalam sebuah kondisi yang seakan beban dan tekanan hadir dalam hidup seseorang hingga rasanya fisik dan hati tidak mampu bertahan
Dan, benar adanya jika kita membutuhkan orang lain sebagai salah satu alasan untuk membuat kita kuat (terlepas dari absolutisme eksistensi Tuhan yang sudah tidak perlu diragukan untuk menjadi alasan sumber kekuatan kita)
You’ve been fighting the memory all on your own
Nothing washes, nothing grows
I know how it feels being by yourself in the rain
We all need someone to stay
We all need someone to stay
Seakan aku mengetahui kejenuhannya,
Dan letihnya,
Dan seakan aku bisa merasa dikala ia sedang tidak dalam kondisi seperti biasanya
Karena setiap orangpun akan pernah merasakan bagaimana rasanya sendiri.
It's pretty comfortable being yourself in the rain. But surely, I chose to spend it with another human then let the rain pour softly in both of our bodies
Hear you falling and lonely, cry out
Will you fix me up? Will you show me hope?
At the end of the day, I'm helpless
Can you keep me close? Can you love me most?
You’ve drunk it down and now you’ve spat it out
Nothing tastes like the things you had
So tear it off, why don’t you let them go?
We all need someone to stay
We all need someone to stay
Hear you falling and lonely, cry out
"Will you fix me up? Will you show me hope?
At the end of the day, I'm helpless
Can you keep me close? Can you love me most?
Can you keep me close? Can you love me most?
Can you keep me close? Can you love me most?"
Imaji dan akal ku sudah masuk kedalam lantunan
Ketika sampai pada pertengahan lagu hingga kata terakhir yang diucapkan.
Aku tidak tahu apa yang bisa kutulis kembali.
Lagu ini ternyata cukup sulit untuk dituangkan dalam sebuah rangkaian kata.
Tidak sesederhana hati yang dapat menerima enak tidaknya saat didengar.
Cukup sulit dan aku menyerah untuk menuliskannya.
Mungkin kalian dapat merasakannya sendiri.
Mungkin bagi kalian biasa-biasa saja juga.
Dan akupun juga tidak berniat mengajak kalian untuk menyukai lagunya. Bukan itu substansinya.
Aku akan sering mempertanyakannya hal yang sama padanya
Tapi tidak secara langsung
Aku akan bertanya disetiap kali kita bertemu, walau tanpa bertatap muka langsung
Dan aku akan selalu mendapatkan jawabannya
Dan aku tau itu akan selalu iya.
Karena aku percaya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ps :
Can you keep me close? Can you love me most?
Bisakah kamu merasakan sebuah pengharapan dan keraguan yang saling beradu dalam penyampaiannya?
Sebuah keyakinan untuk menguatkan pilihan, kukatakan sebuah keraguan pula karena hal itu masih berupa pertanyaan yang masih dipertanyakan. Keyakinan tidak membutuhkan pertanyaan berulang, menurutku.
Sebenarnya aku nggak tau apa yang kutulis saat ini.
Tapi aku menikmati setiap kata yang muncul. Dan aku menyukainya kala itu menurutku apik untuk kerenungkan untuk diriku sendiri.
Karena otak butuh keseimbangan.
.
.
.
.
beberapa ada yang di dramatisir
beberapa memang sungguh-sungguh
untuk kepentingan diksi
mohon disikapi dengan bijak
wkkkk.
Amin
ReplyDeleteKeep on good job!!!
ReplyDelete